Penyebab dan Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Perekonomian Nasional

Focus Group Discussion Fraksi PKS DPR RI.
Jakarta (15/9) - Fraksi PKS DPR RI akan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Penyebab dan Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Perekonomian Nasional” besok, Rabu (16/9) di Ruang Ex Banggar, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. FGD ini dilatarbelakangi melemahnya rupiah dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia yang sangat besar.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menyentuh Rp 14.000/US$ belakangan ini sudah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Informasi stress test yang dilakukan BI dan OJK, jika rupiah menembus Rp 15.000 ada 5 bank kecil yang collapse. Kebijakan pemerintah ke depan dan keyakinan pasar terhadap kredibilitas pemerintahakan sangat menentukan pergerakan kurs rupiah.

Di saat yang sama, konsumsi rumah tangga dan investasi terpukul akibat kebijakan pengalihan subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan kenaikan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT). Kebijakan ini memiliki multiplier effect pada seluruh komponen cost produksi. Hingga saat ini, pengalihan subsidi BBM sekitar Rp 200 triliun belum terlihat efeknya. Sementara masyarakat yang semula mendapat subsidi sebesar itu tidak dapat membelanjakan sebagaimana biasanya mereka konsumsi. Daya beli makin melemah akibat harga beberapa komoditas bahan kebutuhan pokok juga meningkat secara tajam, sebutlah yang terjadi belakangan ini yaitu harga daging ayam dan daging sapi. Akibatnya, perekonomian pun berjalan melambat, upah riil berkurang, dan pasar tidak bergairah karena daya beli masyarakat jauh menurun.

Di sisi lain, belanja pemerintah belum tereksekusi dengan baik. Sampai bulan Juni 2015, belanja negara baru terserap 39 persen dari pagu,  atau sebesar Rp. 773,9 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai 40,5 persen. Sedangkan belanja modal, yang dapat memberikan efek ganda terbesar terhadap ekonomi, hanya terealisasi Rp 22,8 triliun atau sebesar 8,2 persen dari pagu yang sebesar Rp. 275,8 triliun.

Salah satu sektor yang dapat terpukul akibat pelemahan rupiah ini adalah sektor industri, karena bahan baku bahkan barang modal industri domestik banyak tergantung impor yang menggunakan dolar Amerika sebagai alat transaksi. Dengan terdepresiasinya rupiah terhadap dolar Amerika, harga bahan baku impor dalam kuantitas dan kualitas yang sama akan lebih mahal. Ditambah dengan besarnya kepemilikan asing yang mencapai 65% dalam pasar modal dan pasar obligasi, akan membuat volatilitas rupiah semakin sulit dikendalikan. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan bahwa 50% transaksi di pasar modal hanya dikuasai oleh 15 investor institusi dan mayoritas adalah manajer investasi asing. Dengan demikian persepsi investor tersebut yang akan menentukan volatilitas rupiah ke depan, baik karena faktor sentimen maupun pertimbangan fundamental.

Menghadapi kemelut perekonomian nasional ini, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi pada 10 September 2015 lalu. Namun kebijakan ini dinilai belum akan berdampak nyata terhadap pemulihan kondisi ekonomi Indonesia tahun ini. Nuansa dari paket kebijakan ini bersifat jangka panjang dan menengah. Sejumlah kebijakan belum bisa segera diimplementasikan karena belum siapnya sarana, prasarana, dan pemangku kepentingan yang terkait. Deregulasi kebijakan dan pembangunan kawasan industri tidak akan memberi efek secara cepat untuk memulihkan perekonomian Indonesia, padahal perlambatan ekonomi sudah terjadi, meski fundamental ekonomi relatif baik.

Atas dasar itulah, selain Ecky Awal Mucharam (Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS), FGD ini juga akan mempertajam materi dengan turut menghadirkan beberapa narasumber dari beragam sektor, seperti Sofyan Djalil (Kepala BAPPENAS), Enny Sri Hartati (Direktur INDEF), dan Sandiaga Uno (Pengusaha, Pendiri PT Saratoga Investama Sedaya).
Share on Google Plus

About Fathi Nashrullah

    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. I'm interested in your article
    I also have the same article that you can read in www.pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id
    thank you

    ReplyDelete